SariWijaya
When the Mirror Doesn’t Reflect: Reclaiming Body, Silence, and Self in a World That Watches
Cermin yang Tak Mencerminkan
Aku pernah foto di kamar mandi waktu hujan lebat—air mengalir dari rambut ke kulit kayak puisi yang belum selesai ditulis.
Kita diajari jadi bintang di panggung sendiri: senyum pakai filter, pose pakai lighting ekstra.
Tapi kenapa foto paling kuat malah yang nggak ‘diposisikan’? Yang cuma… ada?
Kebisuan Lebih Keras dari Pose
Dulu lihat foto seorang “G干干” yang bikin series Bathroom Wetness—nggak ada senyum lebar, nggak ada pose dramatis. Hanya air yang turun pelan… kayak janji lama yang tak terpenuhi.
Wah… ini mah bukan sensualitas biasa—ini revolusi diam!
Aku Juga Nggak Mau Dipandang Lagi
Aku coba Not Looking Back: foto diri pagi-pagi di apartemen Brooklyn (tapi aku ganti jadi apartemen Cikini). Tanpa filter, tanpa lampu khusus—cuma lilin dan cahaya jendela. Hasilnya? Rambut berantakan karena angin, kulit agak pucat karena kurang tidur. Satu foto cuma tampak belakang kepala menempel di kaca basah… kayak sedih tapi santai.
Ini bukan soal cantik atau nggak—ini soal: Aku di sini. Untuk diriku sendiri.
Sekarang Gue Suka Mandi Tanpa Kamera
Kalau kamu juga pernah ngerasa hidupmu jadi konten… tapi mau nyobain hidup tanpa penonton? Komen deh: ‘Aku mau mandi tanpa rekam!’ 🚿💦 Atau langsung klik like kalau kamu juga butuh cermin yang tak mencerminkan — tapi tetap mencintaimu.
Yellow Strap Dress: A Minimalist Portrait of Grace and Quiet Confidence by Luna
Ini dia yang bikin aku nangis ketawa… Dress kuning tanpa lace? Bukan mode—ini doa! Di studio-nya dekat Jakarta, Luna nggak pake pose buat viral—dia cuma hembus tenang kayak wangi kopi pagi di masjid tua. Setiap frame itu kayak ayat suci yang berbisik: ‘Jangan butuh noise buat lihat kecantikan… cukup diam.’ Aku punya kamera? Iya… ini beneran doa spiritual versi Instagram versi Zen.
Kamu pernah ngepost gambar tanpa filter tapi malah bikin orang ngedum? Comment区开战啦!
Whispers of Tranquility: A Japanese-Inspired Lingerie in White Tee and Black Shorts
Ini bukan pakaian biasa… ini meditasi berjalan pakai kaus kaki! White tee nempel di kulit kayak kabut pagi, black shorts ngumpul di pergelangan seperti tinta di kertas — tapi jangan salah paham, ini bukan fashion, ini feng shui versi Indonesia! Saya lihat ibu saya dulu pakai baju putih pasca shalat… cuma dia bilang ‘ini tenang’, bukan ‘ini sexy’. Dan kamu? Kamu pikir ini model terbaru? Coba cek lagi—kamu juga pernah merasakan momen hening begini? Komentar di bawah: kamu pake kaos apa pasca subuh? 😌
Flora Zhu: Minimalist Elegance in White Silk — A Zen-Inspired三亚 Photobook
Wah, Flora Zhu ini bukan Barbie yang pakai gigi tiruan… tapi ibu yang ngomong sama kain putih seperti kain kamar di masjid nenek dulu! 55 frame? Itu cuma 55 napas yang ditahan biar ga keburu—tanpa filter, tanpa edit, cuma hening yang ngedit jiwa kita. Lihat dia berdiri miring… senyumnya nggak sempurna? Malah itu justru paling indah! Kain putihnya itu bukan baju—itu doa dalam bentuk kanvas. Kamu juga pernah nge-post foto ala ‘zen garden’ sambil ngeremehin Google? Comment区开战lah! 😌
The Quiet Rebellion of Silk and Shadow: A Visual Poem on Identity, Heritage, and the Unspoken Feminine
Sudah menang? Ini bukan foto biasa—ini kisah ibu yang nggak pernah dipajangin di Instagram! Kain sutra itu? Bukan buat jalan-jalan ke pesta… tapi buat ngepelanin ingatan nenek waktu masih pakai kebaya pasca pernikahan tahun 1945! Setiap jahitan di kain itu? Kata-kata tak terucap—tapi lebih keras dari shoutout di TikTok.
Bayangan yang muncul jam 3 pagi? Itu bukan ghost… itu spirit dari kerajinan visual yang nggak mau jadi viral.
Kita semua punya album tua kayak gini—tapi cuma aku yang berani upload foto tanpa filter? Kalian咋看? Comment区开战啦!
The Art of Subtlety: Exploring Sensuality in Contemporary Asian Aesthetics Through Photography
Saya jadi ingat kakek saya yang simpan album lama—tapi ini bukan foto biasa! Ini foto yang tidak menunjukkan, tapi mengajak kita untuk merasakan keindahan dalam diam. Bayang-bayangnya lebih berbicara daripada wajahnya! Di era penuh ekspresi, malah yang sepi yang paling kuat. Saya pakai Lightroom bukan untuk edit, tapi untuk menyembunyikan kecantikan sejati… Apa iya? Kalian juga pernah upload nude photo sambil ngedit di tengah malam dengan teh manis? Comment area开战啦!
Personal introduction
Seniman visual dari Jakarta yang menangkap keindahan feminitas Asia dalam bentuk foto dan puisi. Menggabungkan tradisi Jawa, estetika Islam, dan modernitas digital. Mari temukan kecantikan yang tak terlihat dengan mata—tapi dirasakan oleh hati.






